Pasang surut laut merupakan fenomena pasang surut air laut yang disertai dengan pergerakan massa air secara horizontal secara periodik akibat tarikan benda langit, terutama bulan dan matahari. Periode pasang surut air laut sekitar 12,4 jam dan 24,8 jam. Untuk memahami fenomena pasut, kita dapat menggunakan teori kesetimbangan pasut. Teori kesetimbangan pasang surut dimulai dengan anggapan bahwa bumi berbentuk bulat dan seluruhnya tertutup oleh laut. Laut merespon gravitasi bulan yang merupakan benda langit terdekat dengan bumi. Gaya gravitasi bulan akan diimbangi oleh gaya sentrifugal yang terjadi akibat rotasi bumi. Resin antara gaya gravitasi bulan dan gaya sentrifugal bumi akan membentuk kesetimbangan pasang surut yang mengakibatkan adanya dua tempat pasang surut dan dua tempat pasang tinggi di bumi.
Gambar 1. Kesetimbangan Pasut.
Pasang surut akan mengalami ketinggian maksimum ketika sistem bumi-matahari-bulan sejajar (bulan baru dan bulan purnama), selanjutnya disebut sebagai pasang musim semi. Sedangkan pasang surut akan mengalami ketinggian terendah pada saat sistem bumi-matahari-bulan saling tegak lurus (seperempat bulan awal dan seperempat bulan terakhir), selanjutnya disebut pasang perbani. Pasang surut terukur merupakan penjumlahan komponen hasil tarikan pasang surut benda langit. Berdasarkan komponen penyusunnya, pasang surut dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis melalui perhitungan bilangan Formzahl:
Di mana:
K1 : Sistem Deklinasi Bulan dan Matahari dengan periode 23,93 jam
O1 : Deklinasi Bulan dengan periode 25,82 jam
M2 : Gravitasi bulan dengan orbit melingkar dan sejajar ekuator bumi dengan periode 12,42 jam
S2 : Gravitasi matahari dengan orbit melingkar dan sejajar ekuator bumi dengan jangka waktu 12 jam
1. Pasang Diurnal (F lebih dari 3)
Pada pasang diurnal posisi tinggi dan rendah air hanya terjadi satu kali dalam satu hari pengamatan.
2. Pasang campuran condong ke diurnal ( F antara 1,5 & 3)
Mixed tide lean to diurnal adalah gabungan antara pasang diurnal dan semidiurnal. Terkadang dalam sehari hanya membutuhkan satu pasang surut dan mengikuti deklinasi maksimum bulan dan terkadang juga dua kali pasang tinggi dan selang waktu antara bulan transit dan pasang naik sangat berbeda.
3. Pasang campuran condong ke semidiurnal (F antara 0,25 & 1,5)
Mixed tide lean to semidiurnal merupakan gabungan antara pasang diurnal dan semidiurnal. Dalam sehari akan terjadi dua siklus pasang surut tetapi ketinggian dan masa transit bulan serta pasang naik tidak sama.
4. Semidiurnal Tide (F kurang dari 0,25)
Pada pasang semidiurnal gelombang pasang surut terjadi sebanyak dua siklus dalam satu hari pengamatan sehingga akan didapatkan dua kali posisi muka air tinggi dan rendah.
Pasang surut dapat diamati melalui tiga cara (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005):
1. Pengamatan manual
Pengamatan secara manual dilakukan dengan membuat tanda telapak tangan/pasang surut yang dilengkapi dengan pita pengukur. Ketinggian telapak tangan disesuaikan dengan pasang surut air yang diamati dan ditetapkan di tempat yang statis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan agar telapak tangan tidak runtuh saat menerjang arus atau gelombang laut dan memudahkan pengamat untuk mencatat tinggi muka air. Pencatatan perubahan muka air laut dilakukan dengan interval waktu tertentu (biasanya setiap 1 jam sekali).
Gambar 2. Pengukuran Pasang Surut Manual 2.
2. Pengamatan Otomatis
Pengamatan otomatis memungkinkan pasang surut diamati tanpa menggunakan tenaga manusia. Pengamatan secara otomatis dibagi menjadi pengamatan mekanik dengan menggunakan tide gauge atau digital (Tide Master) yang menggunakan sensor akustik atau optik.
3. Satelit
Pengamatan manual dan otomatis dilakukan untuk skala lokal dan dekat dengan pantai. Teknologi satelit memungkinkan manusia untuk mengamati pasang surut yang jauh dari pantai dengan skala regional dan global. Satelit altimetri Topex / Poseidon adalah satelit yang mampu mengamati permukaan laut dengan bantuan pulsa RADAR.
Pengamatan pasang surut dilakukan minimal selama 15 hari. Pencatatan tinggi pasang surut dilakukan setiap 1 jam, namun jika pengamatan dilakukan bersamaan dengan survei batimetri maka ketinggian air dicatat setiap 10 menit. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimum pada saat koreksi pasut pada data batimetri. Ketinggian stasiun pengamatan pasang surut dengan patokan harus diukur menggunakan alat waterpass. Metode pengukuran ini disebut survei pemerataan. Contoh pengukuran leveling dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 3. Survei Levelling.
Gambar 4. Deskripsi Tide Palm.